ABSTRAK
Telah dilakukan
percobaan berjudul “Konsentrasi Larutan” yang bertujuan
agar praktikan mampu menjelaskan, menghitung,
membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, menstandarisasi larutan standar,
serta mempelajari penentuan konsentrasi larutan dengan teknik titrasi.
Prinsip yang digunakan adalah prinsip analisa kualitatif dan kuantitatif. Hasil dari
percobaan ini adalah titrasi NaOH pada HCL menghasilkan perubahan warna menjadi merah
muda ketika volume rata-rata mencapai 8,7 mL.
Kesimpulan dari percobaan ini adalah hasil yang
didapatkan tidak sesuai dengan teori yang ada.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Dalam reaksi kimia, kesetimbangan kimia merupakan suatu
keadaan dimana kedua reaktan dan produk hadir dalam konsentrasi yang tidak memiliki kecenderungan lebih lanjut untuk berubah
seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia terjadi
pada reaksi kimia yang reversibel. Reaksi reversibel adalah reaksi yang di mana
produk reaksi dapat bereaksi balik membentuk reaktan. Kesetimbangan kimia
tercapai ketika laju
reaksi maju
sama dengan laju reaksi balik dan konsentrasi dari reaktan-reaktan dan
produk-produk tidak berubah lagi. Dengan
demikian, tidak ada perubahan bersih dalam konsentrasi reaktan dan produk.
Keadaan seperti ini dikenal sebagai kesetimbangan
dinamis.
Hukum yang menjelaskan tentang
Kesetimbangan Kimia dikemukakan oleh Gulberg dan Waage pada tahun 1866. Hukum
Kesetimbangan Kimia sering dikenal dengan istilah Hukum Aksi Massa. Hukum
tersebut dijelaskan bahwa pada suhu dan pada tekanan tertentu, perbandingan
hasil kali antara konsentrasi zat-zat sebelah kiri yang masing-masing
dipangkatkan dengan koefisien reaksinya adalah konstan. Zat-zat di sebelah
kanan adalah zat hasil reaksi sedangkan zat-zat sebelah kiri adalah zat
pereaksi. Menentukan ukuran seberapa jauh suatu reaksi berlangsung dengan
menghitung harga K. Harga K menunjukkan banyaknya hasil kali reaksi yang
terbentuk. Tetapan K akan membentuk tetapan kesetimbangan (K), Kp menyatakan
kesetimbangan tekanan parsial (gas), dan Kx menyatakan kesetimbangan fraksi mol
(larutan dan gas).
Titrasi
adalah prosedur menetapkan suatu kadar larutan dengan mereaksikan sejumlah
larutan tersebut yang volumenya terukur dengan suatu larutan lain yang telah
diketahui kadarnya (larutan standar) secara bertahap. Berdasarkan jenis reaksi
yang terjadi, titrasi dibedakan menjadi titrasi asam bassa, titrasi
pengendapan, dan titrasi redoks. Percobaan ini menggunakan titrasi asam basa saja.
Titrasi asam basa terlibat dalam penentuan solusi asidimetri dan alkalimetri.
Titrasi yang menyangkut asam dan basa secara meluas digunakan dalam
pengendalian analitik.
1.2.
Tujuan
Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa mampu
menjelaskan, menghitung, dan membuat larutan dengan konsentrassi tertentu,
menstandarisasi larutan standar, serta mempelajari penentuan kkonsentrasi
larutan dengan teknik titrasi.
1.3.
Manfaat
Percobaan
BAB II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Larutan didefinisikan sebagai
campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai
molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat berpariasi. Larutan dapat
berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung
sebagian kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan
pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat
terlarut. Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut
(Baroroh, 2004).
Konsentrasi larutan (concentration of
a solution) adalah jumlah zat terlarut yang terdapat di dalam sejumlah
tertentu pelarut atau larutan. Yang paling bermanfaat untuk menyakan komposisi
larutan dalam kimia adalah molaritas, molalitas, dan fraksi mol. Salah satu
satuan yang paling umum dalam kimia adalah molaritas (M) atau konsentrasi
larutan., yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Molaritas
didefinisikan oleh persamaan berikut :
M = molaritas =
Prosedur untuk menyiapkan
suatu larutan yang molaritasnya diketahui adalah sebagai berikut. Pertama-tama,
zat terlarut ditimbang secara akurat dan kemudian dimasukkan kedalam labu
volumetric melalui corong. Selanjutnya, air ditambahkan ke dalam labu, kemudian
labu digoyangkan perlahan-lahan untuk melarutkan padatan. Setelah semua padatan
melarut, air ditambahkan kembali secara perlahan sampai ketinggian larutan
tepat mencapai tanda volume. Dengan mengetahui volume larutan (yaitu volume
labu yang digunakan) dan kualitas senyawa (jumlah mol) yang terlarut, kita
dapat menghitung molaritas larutan dengan menggunakan persamaan diatas (Chang,
2004).
Satuan yang selanjutnya dalam kimia ada Molalitas (m),
yaitu nisbah massa dan ini tidak bergantung pada suhu. Molalitas didefinisikan
sebagai jumlah mol zat terlarut per kilogram pelarut.
M = molalitas =
Karena air memiliki rapatan
1,00 g.cm-3 pada suhu 20oC, maka 1,00 liter air bobotnya
1,00 x 10-3 g atau 1,00 kg. Dengan demikian, dalam larutan berair
encer, jumlah mol zat terlarut per liter kira-kira sama dengan jumlah mol per
kilogram air. Jadi, molaritas dan molalitas hampir sama nilainya. Untuk larutan
tak berarir dan larutan pekat dalam air, molaritas dan molalitas tidak sama
(Oxtoby, 2001).
Fraksi mol suatu zat dalam campuran
adalah jumlah mol dari zat tersebut dibagi dengan jumlah keseluruhan mol yang
ada. Istilah ini diperkenalkan dalam pembahasan campuran gas dan hukum Dalton. Campuran
biner yang mengandung n1 spesies 1 dan n2 mol spesies 2,
fraksi mol X1 dan X2 adalah :
X1 =
X2 = = 1- X1
Fraksi mol semua spesies yang
ada harus berjumlah 1. Jika dimungkinkan untukk membuat perbedaan antara
pelarut dan zat terlarut, label 1 menyatakan pelarut, dan label yang lebih
tinggi untuk zat terlarut. Jika jumlah kedua cairan sebanding, misalnya dalam
dalam pencampuran air dan alcohol, penentuan label 1 dan label 2 boleh yang
mana saja (Oxtoby, 2001).
Pemilihan satuan konsentrasi
dilakukan berdasarkan tujuan pengukuran. Keuntungan penggunaan moslaritas
adalah karena biasanya lebih mudah untuk mmengukur volume larutan dengan menggunakan labu ukur yang telah
dikalibrasi secara cermat.dibandingkan dengan menimbang pelarut. Dengan alas an
ini, molaritas sering kali lebih disukai dibandingkan molalitas. Sebaliknya,
molalitas tidak bergantung pada suhu, sebab konsentrasi dinyatakan dalam jumlah
mol zat terlarut dan massa pelarut, sedangkan volume larutan umumnya meningkat
dengan meningkatnya suhu. Laruutan yang memiliki molaritas 1,0 M pada suhu 25oC
mungkin menjadi 0,97 M pada 45oC karena volumenya meningkat.
Ketergantungan konsentrasi iini pada suhu dapat sangat mempengaruhi akurasi
suatu percobaan (Chang, 2004).
Titrasi adalah suatu motode yang
digunakan untuk menentukan kadar dari suatu zat dengan menggunakan zat lain
yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi
yang terlibat di dalam proses titrasi. Contohnya adalah bila melibatkan reaksi
asam basa maka disebuat sebagai titrasi
asam basa. Proses titrasi digunakan suatu indicator yaitu suatu zat yang
ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan
warna. Perubahan warna menandakan bahwa telah tercapainya titik titrasi (Brady,
1999).
Telah diketahui sebelumnya bahwa
didalam stoikiometri titrasi, titik ekuivalen dari reaksi netralisasi adalah
titik pada reaksi dimana asam dan basa keduanya setara, yaitu dimana keduanya
sama dan tidak berlebihan. Suatu larutan yang akan dinetralkan (misalnya asam),
ditempatan di dalam flash bersamaan dengan beberapa tetes indikatorasam basa.
Kemudian larutan lainnya (misalnya basa) yang terdapat di dalam buret,
ditambahkan ke asam. Pertama ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan
hingga titik ekuivalen. Titik ekuivalen terjadi pada terjadinya perubahan warna
indicator, titik pada titrasi dimana indicator warnanya berubah disebut titik
akhir (Petrucci, 1997).
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
Alat-alat yang
digunakan dalam percobaan ini adalah neraca analitik, labu ukur, gelas
erlenmeyer, gelas ukur, pipet tetes, batang pengaduk dan sendok plastik.
Bahan-bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah NaCl, alkohol, gula pasir, Phenolphtalein,
NaOH, larutan HCl 0,1 M dan aquades.
3.2. Konstanta Fisik dan
Tinjauan Keamanan
Tabel 3.1. Konstanta fisik dan
tinjauan keamanan
No
|
Bahan
|
Berat
Molekul (gram/mol)
|
Titik
Didih
(oC)
|
Titik
Leleh
(oC)
|
Tinjauan
Keamanan
|
1.
|
NaCl
|
58,48
|
83,7
|
-144,22
|
Aman
|
2.
|
C6H12O6
|
180,16
|
351
|
62,9
|
Aman
|
3.
|
C20H14O4
|
318,32
|
32
|
263,7
|
Korosif, Toxic
|
4.
|
NaOH
|
40,01
|
146,5
|
-322
|
Korosif
|
5.
|
HCl
|
36,5
|
83,7
|
1,268
|
Korosif
|
6.
|
Aquades
|
18
|
100
|
0
|
Aman
|
7.
|
C2H5OH
|
46
|
78
|
-114,1
|
Mudah terbakar
|
Baroroh, Umi. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Universitas
Lampung Mangkurat, Banjar Baru.
Brady, James E. 1992. Kimia Universitas Asas & Struktur.
Binarupa Aksara. Jakarta.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 1
Edisi Ketiga. Terjemahan dari General Chemistry: The Essential Concepts
Third Edition, oleh Department Kimia ITB, Erlangga, Jakarta.
Oxtoby, D.W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Terjemahan dari Prinsiples Of Modern
Chemistry, oleh
Dr. Suminar Setiati Achmadi, Ph. D,
Erlangga, Jakarta.
Petrucci dkk. 2007. Kimia Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern Edisi kesembilan
Jilid 1. Terjemahan dari General Chemistry Principle and Modern
Applicions Ninth edition , oleh Achmadi, Suminar Setiati, Erlangga, Jakarta.