Friday, November 30, 2018

Laporan Kimia Dasar : Konsentrasi Larutan

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan berjudul “Konsentrasi Larutan” yang bertujuan agar praktikan mampu menjelaskan, menghitung, membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, menstandarisasi larutan standar, serta mempelajari penentuan konsentrasi larutan dengan teknik titrasi. Prinsip yang digunakan adalah prinsip analisa kualitatif dan kuantitatif. Hasil dari percobaan ini adalah titrasi NaOH pada HCL menghasilkan perubahan warna menjadi merah muda ketika volume rata-rata mencapai 8,7 mL. Kesimpulan dari percobaan ini adalah hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan teori yang ada.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Dalam reaksi kimia, kesetimbangan kimia merupakan suatu keadaan dimana kedua reaktan dan produk hadir dalam konsentrasi yang tidak memiliki kecenderungan lebih lanjut untuk berubah seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia terjadi pada reaksi kimia yang reversibel. Reaksi reversibel adalah reaksi yang di mana produk reaksi dapat bereaksi balik membentuk reaktan. Kesetimbangan kimia tercapai ketika laju reaksi maju sama dengan laju reaksi balik dan konsentrasi dari reaktan-reaktan dan produk-produk tidak berubah lagi. Dengan demikian, tidak ada perubahan bersih dalam konsentrasi reaktan dan produk. Keadaan seperti ini dikenal sebagai kesetimbangan dinamis.
Hukum yang menjelaskan tentang Kesetimbangan Kimia dikemukakan oleh Gulberg dan Waage pada tahun 1866. Hukum Kesetimbangan Kimia sering dikenal dengan istilah Hukum Aksi Massa. Hukum tersebut dijelaskan bahwa pada suhu dan pada tekanan tertentu, perbandingan hasil kali antara konsentrasi zat-zat sebelah kiri yang masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya adalah konstan. Zat-zat di sebelah kanan adalah zat hasil reaksi sedangkan zat-zat sebelah kiri adalah zat pereaksi. Menentukan ukuran seberapa jauh suatu reaksi berlangsung dengan menghitung harga K. Harga K menunjukkan banyaknya hasil kali reaksi yang terbentuk. Tetapan K akan membentuk tetapan kesetimbangan (K), Kp menyatakan kesetimbangan tekanan parsial (gas), dan Kx menyatakan kesetimbangan fraksi mol (larutan dan gas).
Titrasi adalah prosedur menetapkan suatu kadar larutan dengan mereaksikan sejumlah larutan tersebut yang volumenya terukur dengan suatu larutan lain yang telah diketahui kadarnya (larutan standar) secara bertahap. Berdasarkan jenis reaksi yang terjadi, titrasi dibedakan menjadi titrasi asam bassa, titrasi pengendapan, dan titrasi redoks. Percobaan ini menggunakan titrasi asam basa saja. Titrasi asam basa terlibat dalam penentuan solusi asidimetri dan alkalimetri. Titrasi yang menyangkut asam dan basa secara meluas digunakan dalam pengendalian analitik.
1.2.            Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa mampu menjelaskan, menghitung, dan membuat larutan dengan konsentrassi tertentu, menstandarisasi larutan standar, serta mempelajari penentuan kkonsentrasi larutan dengan teknik titrasi.
1.3.            Manfaat Percobaan
 BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
       Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat berpariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut. Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut (Baroroh, 2004).
Konsentrasi larutan (concentration of a solution) adalah jumlah zat terlarut yang terdapat di dalam sejumlah tertentu pelarut atau larutan. Yang paling bermanfaat untuk menyakan komposisi larutan dalam kimia adalah molaritas, molalitas, dan fraksi mol. Salah satu satuan yang paling umum dalam kimia adalah molaritas (M) atau konsentrasi larutan., yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Molaritas didefinisikan oleh persamaan berikut :
M = molaritas =
Prosedur untuk menyiapkan suatu larutan yang molaritasnya diketahui adalah sebagai berikut. Pertama-tama, zat terlarut ditimbang secara akurat dan kemudian dimasukkan kedalam labu volumetric melalui corong. Selanjutnya, air ditambahkan ke dalam labu, kemudian labu digoyangkan perlahan-lahan untuk melarutkan padatan. Setelah semua padatan melarut, air ditambahkan kembali secara perlahan sampai ketinggian larutan tepat mencapai tanda volume. Dengan mengetahui volume larutan (yaitu volume labu yang digunakan) dan kualitas senyawa (jumlah mol) yang terlarut, kita dapat menghitung molaritas larutan dengan menggunakan persamaan diatas (Chang, 2004).
            Satuan yang selanjutnya dalam kimia ada Molalitas (m), yaitu nisbah massa dan ini tidak bergantung pada suhu. Molalitas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per kilogram pelarut.
M = molalitas =
Karena air memiliki rapatan 1,00 g.cm-3 pada suhu 20oC, maka 1,00 liter air bobotnya 1,00 x 10-3 g atau 1,00 kg. Dengan demikian, dalam larutan berair encer, jumlah mol zat terlarut per liter kira-kira sama dengan jumlah mol per kilogram air. Jadi, molaritas dan molalitas hampir sama nilainya. Untuk larutan tak berarir dan larutan pekat dalam air, molaritas dan molalitas tidak sama (Oxtoby, 2001).
            Fraksi mol suatu zat dalam campuran adalah jumlah mol dari zat tersebut dibagi dengan jumlah keseluruhan mol yang ada. Istilah ini diperkenalkan dalam pembahasan campuran gas dan hukum Dalton. Campuran biner yang mengandung n1 spesies 1 dan n2 mol spesies 2, fraksi mol X1 dan X2 adalah :
X1 =
X2 =   = 1- X1
Fraksi mol semua spesies yang ada harus berjumlah 1. Jika dimungkinkan untukk membuat perbedaan antara pelarut dan zat terlarut, label 1 menyatakan pelarut, dan label yang lebih tinggi untuk zat terlarut. Jika jumlah kedua cairan sebanding, misalnya dalam dalam pencampuran air dan alcohol, penentuan label 1 dan label 2 boleh yang mana saja (Oxtoby, 2001).
            Pemilihan satuan konsentrasi dilakukan berdasarkan tujuan pengukuran. Keuntungan penggunaan moslaritas adalah karena biasanya lebih mudah untuk mmengukur volume larutan  dengan menggunakan labu ukur yang telah dikalibrasi secara cermat.dibandingkan dengan menimbang pelarut. Dengan alas an ini, molaritas sering kali lebih disukai dibandingkan molalitas. Sebaliknya, molalitas tidak bergantung pada suhu, sebab konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol zat terlarut dan massa pelarut, sedangkan volume larutan umumnya meningkat dengan meningkatnya suhu. Laruutan yang memiliki molaritas 1,0 M pada suhu 25oC mungkin menjadi 0,97 M pada 45oC karena volumenya meningkat. Ketergantungan konsentrasi iini pada suhu dapat sangat mempengaruhi akurasi suatu percobaan (Chang, 2004).
            Titrasi adalah suatu motode yang digunakan untuk menentukan kadar dari suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi. Contohnya adalah bila melibatkan reaksi asam basa maka disebuat  sebagai titrasi asam basa. Proses titrasi digunakan suatu indicator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan bahwa telah tercapainya titik titrasi (Brady, 1999).
            Telah diketahui sebelumnya bahwa didalam stoikiometri titrasi, titik ekuivalen dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa keduanya setara, yaitu dimana keduanya sama dan tidak berlebihan. Suatu larutan yang akan dinetralkan (misalnya asam), ditempatan di dalam flash bersamaan dengan beberapa tetes indikatorasam basa. Kemudian larutan lainnya (misalnya basa) yang terdapat di dalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekuivalen. Titik ekuivalen terjadi pada terjadinya perubahan warna indicator, titik pada titrasi dimana indicator warnanya berubah disebut titik akhir (Petrucci, 1997).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah neraca analitik, labu ukur, gelas erlenmeyer, gelas ukur, pipet tetes, batang pengaduk dan sendok plastik.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaCl, alkohol, gula pasir, Phenolphtalein, NaOH, larutan HCl 0,1 M dan aquades.
3.2. Konstanta Fisik dan Tinjauan Keamanan
Tabel 3.1. Konstanta fisik dan tinjauan keamanan
No
Bahan
Berat Molekul (gram/mol)
Titik Didih
(oC)
Titik Leleh
(oC)
Tinjauan Keamanan
1.
NaCl
58,48
83,7
-144,22
Aman
2.
C6H12O6
180,16
351
62,9
Aman
3.
C20H14O4
318,32
32
263,7
Korosif, Toxic
4.
NaOH
40,01
146,5
-322
Korosif
5.
HCl
36,5
83,7
1,268
Korosif
6.
Aquades
18
100
0
Aman
7.
C2H5OH
46
78
-114,1
Mudah terbakar
            DAFTAR PUSTAKA
Baroroh, Umi. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Universitas Lampung Mangkurat, Banjar Baru.
Brady, James E. 1992. Kimia Universitas Asas & Struktur. Binarupa Aksara. Jakarta.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 1 Edisi Ketiga. Terjemahan dari General Chemistry: The Essential Concepts Third Edition, oleh Department Kimia ITB, Erlangga, Jakarta.
Oxtoby, D.W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Terjemahan dari Prinsiples Of Modern Chemistry, oleh Dr. Suminar Setiati Achmadi, Ph. D, Erlangga, Jakarta.
Petrucci dkk. 2007. Kimia Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern Edisi kesembilan Jilid 1. Terjemahan dari  General Chemistry Principle and Modern Applicions Ninth edition , oleh Achmadi, Suminar Setiati, Erlangga, Jakarta.

Laporan Kimia Dasar ; Sistem Periodik Unsur

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan berjudul “Sistem Periodik Unsur” yang bertujuan agar praktikan dapat mengetahui sifat kereaktifan unsur-unsur logam alkali dan alkali tanah, mempelajari reaksi unsur golongan alkali dan alkali tanah dengan air, serta mengatahui reaksi senyawa logam alkali dan alkali tanah dengan senyawa lainnya. Prinsip yang digunakan adalah prinsip analisa kualitatif, dimana praktikan mengamati perubahan warna dan kereaktifan antara logam Na, Mg, dan MgO. Hasil dari percobaan ini adalah logam Na yang direaksikan dengan air mengalami reaksi spontan yang ditandai dengan meledaknya logam Na dan ketika larutan hasil reaksi Na dengan air dicampur dengan beberapa larutan yang lain mengalami perubahan warna dan menghasilkan endapan, logam Mg ketika direaktikan dengan dengan air akan menghasilkan larutan yang keruh dan ketika direaksikan dengan dengan senyawa lain juga akan mengalami perubahan warna, namun warna yang dihasilkan lebih pudar dibandingkan dengan warna yang dihasilkan dari reaksi Na dengan senyawa lain, serta senyawa MgO ketika direaksikan dengan air dan direaksikan lagi dengan senyawa lain, akan mengalami perubahan warna pula, warna yang dihasilkan lebih pekat dari warna hasil reaksi Mg dengan senyawa lain tetapi lebih pudar dari warna yang hasil reaksi Na dengan senyawa lain, reaksi Mg dengan senyawa lain juga menghasilkan endapan dalam jumlah yang sedikit. Kesimpulan dari percobaan ini adalah kita dapat mengetahui beberapa hasil reaksi pada logam alkali dan alkali tanah.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Sistem periodik unsur adalah susunan unsur-unsur berdasarkan urutan nomor atom dan kemiripan sifat unsur-unsur tersebut. Disebut “periodik”, sebagaimana terdapat pola kemiripan sifat unsur dalam susunan tersebut. Sistem periodik unsur (tabel periodik) modern yang saat ini digunakan didasarkan pada tabel yang dipublikasikan oleh Dmitri Mendeleev pada tahun 1869. Susunan konfigurasi elektron unsur-unsur menjadi dasar dalam susunan sistem periodik unsur, karena sifat unsur banyak ditentukan oleh konfigurasi elektron pada kulit valensinya. Kemiripan dari konfigurasi elektron memberikan sifat kemiripan unsur kimia.
Logam alkali adalah kelompok unsur-unsur yang berada di golongan I A pada tabel periodik unsur, yaitu Litium (Li), Natrium (Na), Kalium (K), Rubidium (Rb), Cesium (Cs), dan Fransium (Fr). Logam pada golongan I A disebut sebagai logam alkali disebabkan oksida-oksida logam pada golongan tersebut cepat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang bersifat basa kuat (alkali). Logam alkali tanah terdiri dari 6 unsur yang terdapat di golongan IIA. Yang termasuk ke dalam golongan II A yaitu: Berilium (Be), Magnesium (Mg), Calcium (Ca), Stronsium (Sr), Barium (Ba),  dan Radium (Ra). Disebut logam karena memiliki sifat-sifat seperti logam. Disebut alkali karena mempunyai sifat alkalin jika direaksikan dengan air. Dan istilah tanah karena oksidasinya sukar larut dalam air, dan banyak ditemukan dalam bebatuan di kerak bumi. Oleh sebab itu, istilah “alkali tanah” biasa digunakan untuk menggambarkan kelompok unsur golongan II A.
Logam alkali dan logam alkali tanah memiliki beberapa persamaan dan beberapa perbedaan pula. Persamaannya antara lain keduanya merupakan zat pereduksi yang kuat, oksidasi dalam air bersifat basa, mudah melepaskan elektron, mudah bereaksi dengan air kecuali BE, dan sebagainya. Perbedaannya antara lain logam alkali terletak pada golongan IA sedangkan logam alkali tanah terletak pada golongan IIA, elektron valensi logam alkali adalah +1 sedangkan logam alkali tanah memiliki elektron valensi +2, sifat reduktor alkali lebih kuat dibanding alkali tanh, dan sebagainya. Alkali dan alkali tanah merupakan unsur logam yang sangat reaktif di alam. Namun, diantara keduanya, logam alkali lebih reaktif dari pada logam alkali tanah.

1.2.            Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah agar praktikan dapat mengetahui sifat kereaktifan unsur-unsur logam alkali dan alkali tanah, mempelajari reaksiunsur golongan alkali dan alkali tanah dengan air, serta mengatahui reaksi senyawa logam alkali dan alkali tanah dengan senyawa lainnya.
1.3.      Manfaat Percobaan
            Manfaat dilakukannya percobaan ini adalah praktikan mengetahui perbedaan kelarutan senyawa-senyawa logam alkali dan alkali tanah, mengetahui sifat kereaktifan logam alkali dan alkali tanah, serta dapat memahami perbedaan antara logam alkali dan alkali tanah.
 BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
          Suatu prestasi intelektual yang terbesar dalam kimia adalah tabel periodik unsur. Tabel periodik dapat dicetak dalam satu lembar kertas, tetapi apa yang terkandung di dalamnya dan apa yng diberikan pada kita sangatlah banyak. Tabel ini adalah hasil jerih payah yang tak kenal lelah, yang berawal dari zaman Yunani, untuk mengetahui sifat materi sebenarnya. Semua ini dapat dikatakan kitab sucinya kimia. Nilai sistem periodik bukan hanya pada organisasi informasi yang telah diketahui, tetapi juga kemampuannya memprediksi sifat yang belum diketahui (Barsasela, 2012).
Skema klasifikasi unsur-unsur serupa yang dikenal sekarang ditemukan secara terpisah dan hampir serentak oleh dimitri Mandeleev dan Lohar Mayer pada tahun 1869. Jika unsur disusun berdasarkan kenaikan bobot atom, seperangkat sifat akan terulang secara berkala. Tabel berkala ialah penataan unsur-unsur dalam 12 baris mendatar dan 8 kolom tegak (golongan). Kedelapan golongan kemudian dibagi lagi menjadi sub golongan yang sesuai. Secara objektif perlu ditinggalkan beberapa ruang kosong bagi unsur-unsur yang belum ditemukan pada waktu itu dan dibuat praduga mengenai bobot atom yang belum diketahui secara pasti (Petrucci, 1987).
Di abad ke-19, ketika para kimiawan masih samar-samar dengan memahami gagasan tentang atom dan molekul, dan belum mengetahui adanya elektron dan proton,  mereka menyusun tabel periodik dengan menggunakan pengetahuannya tentang massa atom. Pada tahun 1864, kimiawan Inggris John Newlands memperhatikan bahwa jika unsur-unsur yang telah dikenal pada waktu itu disusun menurut massa atom, maka setiap unsur kedelapan memiliki sifat-sifat yang mirip. Newlands menyebut hubungan yang istimewa ini sebagai “hukum oktaf”. Akan tetapi, hukum ini tidak cocok untuk unsur-unsur setelah kalsium, dan karya Newlands tidak diterima oleh masyarakat ilmiah. Lima tahun kemudian, kimiawan Rusia Dimitri Mandaleev dan kimiawan Jerman Lohar Meyer secara terpisah mengusulkan penyusunan tabulasi unsur-unsur lebih luas berdasarkan keteraturannya, sifat yang berulang secara periodik. Penggolongan yang disusun oleh Mandeleev lebih baik dibandingkan yang di susun oleh Newlands karena disebabkan dua hal. Pertama, ia menggolongkan unsur-unsur dengan lebih tepat menurut sifat-sifatnya. Selain itu yang sama pentingnya yaitu adanya kemungkinan meramal sifat-sifat beberapa unsur yang belum ditentukan. Misalnya, Mandeleev memngusulkan adanya unsur yang belum ditemukan yang disebutnya eka-aluminium (Chang, 2004).
Kira-kira 80 unsur diklasifikasikan sebagai logam yang meliputi beberapa dari setiap grup, kecuali VIII A, VII A dan mungkin VI A. Logam-logam ini berada disebelah kiri dan tengah tabel berkala. Dalam reaksi kimia dengan nonlogam, atom logam cenderung menyumbangkan elektron, dan membentuk kation keelektronegatifannya rendah, kebanyakan diantaranya kurang dari 2,0. Selanjutnya unsur non logam, yang terdiri dari kira-kira selusin unsur-unsur yang relatif umum dan penting, ditambah gas mulia, berada disebelah kanan pada tabel priodik, kecuali hidrogen. Atom dari non logam cenderung menerima elektron, dan membentuk anion dalam reaksi kimia dengan logam. Selain itu nonlogam juga nonlogam juga mudah bereaksi satu sama lain dengan membentuk ikatan kovalen misalnya dalam SO3, CO2 dan H2O. keelektronegatifannya dari kebanyakan non logam berkisar dari sekitar 2,4 ke atas. Selanjutnya Metoloid atau unsur perbatasan, memperlihatkan baik sifat logam maupun sifat non logam sampai tingkat tertentu, biasanya ia bertindak sebagai penyumbang elektron dengan non logam, dan sebagai penerima elektron dengan logam. Unsur-unsur ini terletak berdekatan dengan garis zig-zag (seperti tangga) dalam tabel berkala, seperti B, Si,Ge, Ar, Sb, Tc termasuk dalam kelas ini. Keelektornigatifan unsur garis batas ini, berkisar antara 1.8 dan 2.1 (Keenan,1980).
Golongan I, yaitu logam alkali (litium, natrium, kalium, rubidium, dan sesium), semua merupakan logam yang relative lunak dengan titik leleh rendah yang membentuk senyawa 1:1 dengan klorin, dengan rumus kimia seperti NaCl dan RbCl. Logam alkali bereaksi dengan air membebaskan hydrogen; kalium, rubidium, dan sesium membebaskan kalor reaksi yang cukup tinggi sehingga dapat menyalakan hydrogen. Golongan II, yaitu logam alkali tanah (berilium, magnesium, kalsium, stronsium, barium, dan radium), bereaksi dengan perbandingan 1:2 dengan klorin, menghasilkan senyawa seperti MgCl2, dan CaCl2.Dari unsur nonlogam, golongan VI, yaitu kalkogen (oksigen, sulfur, selenium, dan tellurium), membentuk senyawa 1:1 dengan logam alkali tanah (misalnya CaO dan BaS) tetapi senyawa 2:1 dengan logam alkali (misalnya Li2O dan Na2S). Anggota Golongan VII, yaitu halogen (flourin, klorin, bromine dan iodine) sangat berbeda dalam sifat fisik (flourin dan klorin berwujud gas pada suhu kamar, bromine adalah cairan, dan iodine padatan), tetapi perilaku kimianya sama. Unsure logam alkali yang mana saja akan bereaksi dengan halogen yang mana saja dengan perbandingan 1:1 membentuk senyawa seperti LiF atau RbI, yang dinakan alkali halide. Logam alkali tanah bereaksi dengan halogen dengan perbandingan 1:2 menghasilkan halide alkali tanah seperti CaF2dan MgBr2 (Oxtoby, 2001).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, gelas kimia, pipet tetes, pembakar spiritus, sampan kertas dan erlenmeyer.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan  0,1 M, larutan PP 0,1 M, larutan 0,1 M, larutan  0,1 M, larutan  0,1 M, larutan  0,1 M, logam Na dan logam Mg.

3.2. Konstanta Fisik dan tinjauan keamanan
Tabel 3.2. Konstanta fisik dan tinjauan keamanan
No.
Bahan
Berat Molekul (gr/mol)
Titik Didih (
Titik Leleh
Tinjauan Keamanan
1.
162.21
316
306
Berbahaya
2.
PP
318.82
32
260
Beracun
3.
159.6
150
110
Beracun
4.
169.887
444
212
Korosif
5.
217.5
304
25
Beracun
6.
331,21
-
470
Beracun
7.
Logam Na
23
881.4
97.8
Sangat Reaktif
8.
Logam Mg
24.30
1107
648.8
Reaktif

DAFTAR PUSTAKA
Barsasela, Diana. 2012. Buku Wajib Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Terjemahan dari General Chemistry, oleh Suminar Achmadi, Erlangga, Jakarta.
Keenan, Donald, Kleinfelter, Wook, Jesse H. 1984. Kimia untuk Universitas. Terjemahan dari General Collage Chemistry, oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta.
Petrucci, Ralph H. dkk. 2007.Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern. Terjemahan dari Principle and Modern Aplications, oleh Dr. Suminar Setiati Achmadi, Ph. D, PT Gelora Aksara Pratama, Jakarta.
Oxtoby, D.W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Terjemahan dari Prinsiples Of Modern Chemistry, oleh Dr. Suminar Setiati Achmadi, Ph. D, Erlangga, Jakarta.